TUGAS STILISTIKA: MENULIS ESAI
BAHASA PROKEM DAN BAHASA BAKU INDONESIA YANG MEMPENGARUHI
KEBERLANGSUNGAN BAHASA IBU
Dosen
Pengampu: Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro
Oleh Dzikrina Istighfaroh
11201241069
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA
DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak bahasa ditiap daerahnya. Bahasa ditiap daerah tersebut bisa disebut dengan
bahasa ibu. Mungkin maksudnya yaitu bahasa yang diajarkan oleh ibu atau nenek
moyang kita. Sejak lahir kita telah diajarkan bahasa ibu oleh keluarga kita
masing-masing. Sehingga otomatis setiap anak dapat berbahasa sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh orangtua.
Menurut
Panuti (1993), Bahasa terdiri atas lambang-lambang, yaitu tanda yang digunakan
untuk menyatakan sesuatu yang lain. di dalam bahasa, tanda terdiri atas
rangkaian bunyi yang pada ragam tulis dialihkan ke dalam tanda-tanda visual,
yaitu huruf dan tanda. Bahasa tersebut menjadi bermacam-macam jenisnya karena
bermacam pula tipe manusia dimasing-masing kelompok masyarakat.
Apabila
dihitung, bahasa daerah/ bahasa ibu yang dimiliki oleh negara Indonesia
jumlahnya lebih dari 700 bahasa daerah. Keragaman dalam bahasa ibu di Indonesia
merupakan sebuah keunikan yang dimiliki oleh negara ini. Bahasa ibu ditiap
daerah mencerminkan karakteristik setiap daerah yang patut dilestarikan.
Keragaman itu mampu dijadikan infestasi keunikan bahasa yang dipunyai negara
Indonesia.
Walaupun
begitu Indonesia juga mempunyai bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia diakui sebagai alat pemersatu bangsa pada saat sumpah pemuda 28
Oktober 1928. Pada saat itu mereka bersumpah yaitu “… kami putra dan putri indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa indonesia.” Sejak itu bahasa
Indonesia semakin diakui sebagai bahasa nasional Indonesia.
Penetapan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia tidak begitu saja dipakai serentak
oleh masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat perbatasan yang masih belum
menguasai bahasa Indonesia. Itu yang menyebabkan pemerintah Indonesia tepatnya
bidang pendidikan di Indonesia mewajibkan pelajaran bahasa Indonesia disetiap
jenjang sekolah. Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)
misalnya, memasukkan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu penentu
kelulusan ujian nasional. Dari hal itu tergambar bahwa betapa pentingnya
menguasai bahasa nasional negara.
Pentingnya
bahasa nasional yang dibuktikan dengan hal tapi secara tidak langsung
mempengaruhi keberlangsungan bahasa- bahasa ibu. Secara intensitas penggunaan
bahasa, bahasa ibu akan berkurang dalam penggunaannya. Mulai dari saat
bersekolah mereka dituntut untuk mampu menerapkan bahasa Indonesia secara baik
dan benar. Dengan begitu lama-kelamaan bahasa Indonesia akan mereka bawa sampai
ke lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat daerah masing-masing.
Bahasa
Indonesia akan terjamin keberlangsungan dalam pemakaiannya. Sementara dilain
hal bahasa daerah/ bahasa ibu terancam berkurang pemakaiannya seperti yang saya
ungkapkan tadi. Walaupun begitu intensitas keterancamannya masih dalam batas
kewajaran dan tidak terlalu dikhawatirkan.
Menurut KBBI, bahasa ibu merupakan bahasa
pertama yg dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota
masyarakat bahasanya, spt keluarga dan masyarakat lingkungannya. Jadi keluarga
sangat mempengaruhi bahasa seorang anak yang lahir. Seorang anak akan mengikuti
bahasa ibu yang diajarkan oleh keluarganya. Namun bahasa ibu saat ini mulai
berkurang dalam pemakaiannya.
Terkait
dengan bahasa Indonesia yang mempengaruhi bahasa Ibu. Berikut ini ada satu
kasus yang berhubungan dengan hal tersebut termuat dalam Kompasiana.com;
Bahasa Ibu
yang sering digunakan para guru di sekolah sebagai bahasa pengantar
pendidikan mendapat teguran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti
yang dilansir JPNN pagi ini, dimana Kemdikbud ini menilai kalau bahasa ibu
merupakan variasi bahasa lokal yang sangat hetrogen, sehingga tidak layak untuk
digunakan berkomunikasi apalagi dijadikan sebagai bahasa pengantar pendidikan.
Apa yang
dikhawatirkan oleh Kemdikbud ini sangat beralasan, sebab saat ini para guru
yang ada diberbagai daerah banyak yang menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa
pengantar dalam mengajar. Baik dalam mengajar pelajaran yang ada di sekolah,
maupun dalam mengajar Bahasa Indonesia, bahasa Ibu ini selalu dijadikan bahasa
pengantar pendidikan.
Ini jelas
sudah menyalahi aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, bagaimana para
siswa dan siswi untuk mencintai Bahasa Indonesia jika para guru saja menerapkan
bahasa tidak menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar(Febrian, 2012).
Berdasarkan
masalah itu dapat terlihat bahwa bahasa ibu benar-benar tidak dihargai didalam
proses pengajaran. Tidak ada sedikitpun celah bahasa ibu digunakan secara resmi
dalam proses pengajaran. Bahasa ibu dianggap tidak layak untuk digunakan
berkomunikasi . walaupun memang benar bahasa Indonesia harus dapat dikuasai
oleh para peserta didik guna meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air. Tapi
bukankah bahasa ibu juga harus dipertahankan dan dijaga keituhannya guna
mencintai keberagaman berbahasa di negara kepulauan negara Indonesia ini.
Beralih dari
masalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang harus dapat dipahami oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pengaruh terhadap keberlangsungan bahasa
ibu juga berasal dari bahasa prokem. Bahasa prokem yang biasa disebut dengan
bahasa gaul itulah yang perlu menjadi kekhawatirkan bersama.
Bahasa
prokem merupakan istilah lama yang telah ada sejak lama. Seperti yang
diungkapkan oleh Nurutami (2013) dalam makalahnya yang berjudul “Pengaruh
Bahasa Gaul dalam Perkembangan Bahasa” sebagai berikut;
Bahasa gaul merupakan salah satu
cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai
muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai
bahasanya para anak jalanan yang disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan
sebagai preman.
Sejak
saat itu bahasa prokem mulai semakin tampak dan marak di dalam penggunaan
bahasa anak-anak remaja. Bahasa prokem selalu berubah-ubah menurut pergantian jaman.
Bahasa prokem tiap kelompok sosial juga berbeda-beda. Jadi satu kelompok satu
dan kelompok lain belum tentu memahami bahasa prokem yang disepakati oleh
setiap kelompok.
Salliyanti (2003) dalam
repositorynya mengungkapkan bahwa Bahasa prokem ini tidak pernah mereka (para
penutur dan penciptanya) perhitungkan untuk menjadi saingan ataupun menjadi
pengganti bahasa Indonesia yang mereka pelajari disekolah. Penggunaan bahasa
prokem tidak mengambil ranah pemakaian bahasa Indonesia yang mereka gunakan
sehari-hari.
Dengan menggunakan bahasa prokem ini
para remaja hanya ingin memisahkan diri dari kalangan orang di luar kelompok
mereka dan berusaha menempatkan diri mereka dalam suatu kelompok khusus (Salliyanti,
2003). Berdasarkan hal itu dapat dilihat bahwa pemakaian bahasa prokem yang
digunakan oleh suatu kelompok masyarakat mempengaruhi bahasa ibu/ bahasa daerah
yang mereka gunakan sebelumnya.
Bahasa prokem yang mengambil ranah
pemakaian bahasa daerah tersebut dapat dijadikan alasan bahwa bahasa prokem
sedikit banyak telah mempengaruhi keberlangsungan pemakaian bahasa ibu/ bahasa
daerah. Tentu saja pemakaian bahasa ibu akan lebih sedikit digunakan. Suatu
kelompok masyarakat tertentu akan lebih tertarik dengan bahasa prokem yang
telah mereka sepakati bersama.
Bahasa prokem juga mampu
mempengaruhi pemakaian bahasa Indonesia resmi. Akan tetapi, bahasa Indonesia
selalu dijadikan pelajaran ditiap jenjang pendidikan. Sehingga tidak perlu
dikhawatirkan bahasa nasional tersebut akan dilupakan oleh masyarakatnya. Berbeda
denghan bahasa ibu, tidak semua bahasa ibu diajar di sekolah-sekolah. Jadi
banyak kemungkinan bahasa ibu akan semakin pudar.
Bahasa
prokem dan bahasa Indonesia resmi keduanya berpengaruh terhadap keberlangsungan
bahasa ibu tiap daerah. Suatu bahasa ibu mampu bertahan diantara kedua macam
bahasa itu tergantung oleh bagaimana suatu masyarakat memposisikan bahasa ibu
tersebut. Bahasa ibu akan terjaga keberlangsungannya apabila bahasa ibu
tersebut terus menerus digunakan dan diajarkan ditiap generasi suatu kelompok
masyarakat.
Ketiga
bahasa mampu berjalan beriringan apabila suatu kelompok mampu memosisikan kapan
dan dimana harus berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar, harus berbahasa ibu, dan menggunakan bahasa prokem. Maka
bahasa satu tidak akan mempengaruhi keberlangsungan bahasa yang lain. semua nya
akan aman dan bertahan walau berubah jaman. Sangat disayangkan apabila suatu
bahasa diciptakan hanya untuk kemudian dipunahkan begitu saja. Jadi marilah
kita berbahasa sesuai dengan situasi dan kondisi. Jangan sampai melupakan
bahasa ibu yang telah diciptakan oleh orang terdahulu. Cintailah bahasa
Indonesia dan bahasa ibu yang telah beriringan dengan proses kehidupan kita
masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA