Rabu, 07 Januari 2015

PANTUN



Pantun 1
Burung bangau burung pelikan
Terbang tinggi sampai ke awan
Siapa yang suka menabur kebaikan
Pasti ia menuai kebahagiaan

Pantun 2
Barang bekas taruh di gudang
Gudang itu milik si nyonya
Jangan kita sering begadang
Kalau tidak ada gunanya

Pantun 3
Anak kecil beli agar-agar
Dibelinya dengan uang logam
Banyak banyaklah kita belajar
Agar masa depan dapat digenggam

Pantun 4
Ada depan ada belakang
Ada malam ada siang
Jadi anak jangan membangkang
Nanti di kutuk seperti Malin Kundang

Pantun 5
Kawanan monyet sedang berpesta
Satu monyet sedang berdansa
Jadi orang jangan suka berdusta
Masuk neraka baru tau rasa



Yogyakarta, 02 Oktober 2014
Dzikrina Istighfaroh
NIM 11201241069

NASKAH DRAMA SATU BABAK



MBOK DARSIH
Oleh Dzikrina Istighfaroh

ADEGAN I

DI SEBUAH PASAR TRADISIONAL PADA SIANG HARI, TERDAPAT SEORANG NENEK TUA YANG SEDANG MENAWARKAN BARANG DAGANGANNYA. NENEK TUA ITU AKRAB DIPANGGIL MBOK DARSIH. MBOK DARSIH ADALAH SEORANG NENEK TUA YANG BERJUALAN SAYUR-SAYURAN HASIL PANENANNYA SENDIRI. WALAUPUN KUALITAS SAYURANNYA TIDAK SEBAGUS YANG LAINNYA, SAYURAN MBOK DARSIH SELALU LAKU TERJUAL. MUNGKIN KARENA KEBAIKKAN HATI DAN KERAMAHAN MBOK DARSIH SEHINGGA ORANG-ORANG MEMBELI SAYURAN MBOK DARSIH.

Mbok Darsih
Yur sayur…mari pak bu beli sayuran…

Pembeli1 (memilih milih sayuran)
Mbok, kangkungnya satu ikat berapa harganya?

Mbok Darsih (tersenyum)
Seribu mawon mbak!!

Yu Jinah (berteriak)
Mbok, kangkung di tempat lain sudah duaribu lo!

Mbok Darsih
Ya nggak papa, wong ini cuma hasil nanem sendiri… perawatannya juga sederhana. Tidak apa-apa seribu saja.

Yu Jinan
Ealah mbok mbok..kasian sampean sudah susah payah nanem, susah payah ke pasar kok cuma dihargai seribu.

Yu Parti
Yu Jinah ini seperti nggak tahu kebaikane mbok Darsih saja. Mbok kulo pesen Bayem rong iket ya mbok.

Mbok Darsih
(hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian melayani pembeli-pembeli lainnya)



ADEGAN II

KEESOKKAN HARINYA,  PASAR BERANGSUR-ANGSUR RAMAI AKAN PARA PEDAGANG DAN PEMBELI. NAMUN DISALAH SATU SUDUT TEMPAT MBOK DARSIH BIASA BERJUALAN TERLIHAT KOSONG.

Pembeli2 (bertanya kepada yu Jinah)
Yu mbok-mbok yang biasa berjualan disini kok nggak ada ya?

Yu Jinah
Tidak tau mbak, biasanya jam lima pagi sudah ada, tapi sampai siang gini kok belum kelihatan. Mungkin nggak jualan.

Yu Parti
Kok tumben-tumbenan mbok Darsih ora jualan ya Yu. Apa mbok Darsih sakit?
Yu nanti sore kita mampir ke rumah mbok Darsih ya siapa tau dia lagi sakit, kasihan ora ono sek ngrawat.

Yu Jinah
Arep nggawa opo? Ki aku iseh nduwe pisang ambon.

Yu Parti
Yaya..teko digawa. Aku tak nggawa jamu. Jamu beras kencur campur  kunir asem sithik sek paling disenengi mbok Darsih.

Pembeli2
Yu aku beli jamunya aja deh, aku ke pasar cuma pengen ketemu sama mbok Darsih. Eh malah nggak ada. Mbok Darsih itu sudah saya anggap ibu sendiri. Nanti saya ikut ya Yu jenguk mbok Darsih.

Yu Parti (menyiapkan gelas)
Yayaya mbak….mau jamu apa?

Pembeli2
Jamu beras kencur dicampur kunir asem sedikit Yu..

Yu Parti (mengambil botol jamu dan menuangkan ke dalam gelas)
Sampean ini mirip lo sama mbok Darsih. Beras kencur dicampur kunir asem.

Pembeli2
Masak Yu? Seandainya aku punya ibu seperti mbok Darsih( menerawang jauh)

Yu Parti (sambil memberikan segelas jamu yang telah dipesan)
Mbok Darsih juga pasti akan senang kalau punya anak perempuan seperti sampean. Lha wong mbok Darsih urip dewe ra ono seng ngrawat. Kalau ada sampean pasti uripe tentrem ayem.

ADEGAN III

SORE TELAH TIBA PARA PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL MULAI MENGEMASI BARANG DAGANGANNYA. YU PARTI DAN YU JINAH BERSIAP PERGI KERUMAH MBOK DARSIH.

Pembeli2 (agak berlari)
Yu Yu Yu… tunggu! (Yu Jinah dan Yu Parti menoleh ke belakang)

Yu Parti
Owalah sampean, ayo cepet angkutannya sudah mau berangkat.

Yu Jinah (duduk di dalam angkutan)
Sampean asmane sinten mbak?

Pembeli2 (tersenyum)
Saya Marni Yu..

Yu Jinah
Owalah Marni.. Lha Mbok Darsih kan katanya dulu punya anak. Katanya anaknya tinggal sama majikannya sejak bayi. Dulu mbok Darsih sempat jadi pembantu. Wong mbok Darsih dulu tidak bisa membelikan susu, suaminya juga sakit-sakitan butuh beli obat. Eh sekarang suaminya meninggal. Kasian mbok Darsih, majikannya pindah keluar kota. Mbok Darsih tidak tau dimana anaknya sekarang.

Marni (Pembeli2)
Kasian ya mbok Darsih..

Yu Parti
Iya, tapi mbok Darsih ra tau ngeluh nduk, walaupun urip dewe mbok Darsih tetep semangat dodolan sayur. Sayure kui yo hasil nanem dewe nang ngarep omahe.

Yu Jinah
Iyo nduk, nek sayurane ora entek malah dibagi-bagike karo liyan-liyane.

Yu Parti (mengetuk salah satu bagian angkutan dengan koin limaratusan)
Eh, kiri-kiri pak.

Marni (turun dari angkot setelah membayar ongkos angkutan)
Dimana rumah mbok Darsih yu?

Yu Jinah
Itu lho yang pojok sendiri dekat sawah.

Mereka bertiga sampai di depan rumah mbok Darsih. Mereka semakin kagum dengan mbok Darsih walaupun rumahnya sederhana, dinding rumah masih terbuat dari bambu yang dianyam namun begitu bersih, rapi, dan sejuk. Di depan rumah terdapat banyak macam sayur ditanam, seperti kangkung, bayam, tomat, cabe, dan loncang.

Yu Parti (mengetok pintu)
Mbok mbok, mbok Darsih….

Yu Jinah
Kok sepi ya yu..

Marni (ngomong sendiri)
Kok kayak dejavu ya..

Yu Jinah
Apa nduk? The jamu? Itu tadi jamunya dibawa yu Parti. Aku yo ngelak’e..
Marni (ketawa)
Hahaha.. Dejavu yu, bukan the jamu. (Yu Jinah ikut tertawa)

Yu Parti (membuka pintu)
Eh, pintune ora dikunci. (Yu Jinah dan Marni ikut masuk dan melihat-lihat ke dalam)

Yu Jinah
Mbook, mbok Darsih..!!

Marni (kaget)
Mbok Darsih!

MARNI MENEMUKAN MBOK DARSIH TERBARING DI KASURNYA. TERNYATA MBOK DARSIH MEMANG SEDANG SAKIT. MARNI MENGOMPRES MBOK DARSIH DENGAN KOMPRESAN YANG TELAH DISIAPKAN OLEH YU JINAH DAN YU DARSIH. MATA MBOK DARSIH TETAP TERPEJAM TAPI IA SADAR BAHWA ADA ORANG YANG SEDANG MERAWATNYA.

Yu Jinah (memijat kaki mbok Darsih)
Mbok, cepet mari yo..ndang dodol meneh.

Yu Parti (menuangkan jamu dari plastik ke dalam gelas)
Ini yu tak gawakke jamu kesenenganmu, mugo-mugo ndang mari.

Marni (mengganti kompresan yang sudah kering)
Yu Jinah sama Yu Parti kalau mau pulang ndak papa, saya akan menginap disini. Saya yang akan merawat mbok Darsih.

Yu Jinah
Yasudah, titip mbok Darsih ya nduk. (keluar bersama yu Parti)

MARNI MENGANTAR KEDUANYA SAMPAI DEPAN PINTU RUMAH MBOK DARSIH. MARNI MASUK KE DALAM RUMAH DAN MELIHAT LIHAT KEADAAN DI DALAM RUMAH. IA INGIN MEMBERESKAN SESUATU NAMUN SEMUANYA TERLIHAT BERSIH DAN RAPI. KEMUDIAN MURNI DUDUK DI KURSI KAYU RUANG TAMU. DI DEPAN IA DUDUK TERDAPAT MEJA KECIL DARI KAYU YANG DIBAWAHNYA TERDAPAT TEMPAT MENARUH BUKU-BUKU. MURNI MENGAMBIL SATU BUKU YANG BERTUMPUK RAPI DI BAWAH MEJA. IA TERTARIK DENGAN BUKU ALBUM USANG ITU. SAAT DIBUKA IA BENAR-BENAR KAGET. BANYAK FOTO MURNI SAAT MASIH KECIL. MURNI BINGUNG APA MAKSUD DARI SEMUA ITU. SAAT MURNI INGIN MENGEMBALIKAN BUKU ALBUM FOTO DITEMPATNYA, TERDAPAT SELEMBAR KERTAS KECIL YANG ADA TULISANNYA.

Marni (membaca selembar kertas kecil itu dalam hati)
*“Sri Marniasih, anakku.., dadio anak ingkang mergunani. Simbokmu ora iso ngerawat kowe. Nanging trisno simbokmu ora bakal ilang nganti simbok mati. Mugo-mugo onten kesempatan seko Gusti ingkang maringi urip nyatukke simbok ro kowe nduk. Entah ing donya iki entah ing akhirat kono.”(*suara tipe)

Marni
(meneteskan air mata sambil memeluk kertas kecil yang baru saja membuat hatinya bergejolak)
Simboooookkk….!!!


SELESAI.


Dzikrina Istighfaroh
11201241069

ANEKDOT



Judul:
Mahmud dan Hamid

Cerita ini berasal dari dua orang mahasiswa yang berteman akrab. Mereka kuliah di jurusan yang sama dan bahkan satu kelas. Mereka juga tinggal dalam satu kost yang sama. Walaupun mereka berteman akrab, namun mereka memiliki sifat yang berkebalikan. Mahmud adalah seorang yang malas dan licik, sedangkan Hamid adalah seorang yang rajin, jujur, dan polos.
Mahmud selalu memanfaatkan kepolosan Hamid. Ia selalu meminta Hamid untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Dengan berbagai alasan, Mahmud selalu berhasil membujuk Hamid untuk mau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
“Mid, tolong kerjakan tugas kuliahku sekalian ya. Aku mau kencan soalnya, ya? Kalau tidak kencan aku bisa diputus soalnya. Kamu mau tanggung jawab kalau aku diputus oleh pacarku?” Mahmud mengancam dengan muka serius.
 “Ya.. Ya.. “ Dengan muka takut dan khawatir, Hamid meng-iya-kan permintaan Mahmud.
Setiap ada tugas kuliah Mahmud selalu mengandalkan Hamid untuk mengerjakannya. Hamid dengan polosnya selalu menyanggupi permintaan Mahmud. Ia selalu percaya dengan alasan yang diberikan Mahmud.
“Mid, ini tugas kuliahku ada yang belum kelar, tolong selesaiin ya.. Aku disuruh jemput ibu, habis itu mau temenin dia belanja. Kamu mau gara-gara kamu nggak nolong aku, aku dikutuk jadi batu kayak Malin Kundang?” Ancaman Mahmud kepada Hamid. Seperti biasa, Hamid tidak tega untuk menolak permintaan Mahmud.
Suatu ketika Mahmud dan Hamid dipanggil oleh salah satu dosen mata kuliah.
“Mahmud, kenapa kamu tidak pernah mengerjakan tugas-tugas kuliah dari ibu?” Dosen itu menanya dengan agak marah.
“Mengerjakan kok Bu, jawab Mahmud sambil melirik ke arah Hamid. Dalam hati, Mahmud kesal kepada Hamid.
Kemudian dosen itu bertanya kepada Hamid. “Hamid, kenapa tugas kuliah yang kamu kumpulkan selalu double?” Tanya dosen dengan lemah lembut.
“Itu yang satu saya dedikasikan untuk Mahmud Bu, kasian dia.” Jawab Hamid dengan polosnya.
Setelah mereka keluar dari ruang dosen, Mahmud tidak mampu menahan kemarahannya.
“Mid, kenapa tugas kuliahnya yang satu tidak diberi namaku?” Tanya Mahmud kesal.
“Aku tidak mau berbohong Mud. Kamu mau, aku masuk neraka gara-gara kamu?” Jawab Hamid dengan kepolosannya.
Mahmud speechless…………..