Kamis, 30 Januari 2014

Avansa Si Pemberi Sedekah

Avansa AB 1899 BS

khezo.com

 

Jumat, 31 Januari 2014 pukul 10.00 WIB 
Kala itu aku dan teman-temanku melintasi jalan Gambiran Yogyakarta.
Dari kejauhan kami melihat mobil didepan Kami sedang berhenti dipinggir jalan.
Mobil avansa berwarna hitan itu berhenti tepat didepan TPA(Tempat Pembuangan Akhir.
Dimana di tempat itu terdapat beberapa orang yang sedang bekerja mengangkut sampah 
Apa yang akan dilakukan oleh pengendara mobil tersebut ditempat seperti itu?
Sambil mengendalikan laju kendaraan kami, seketika kami  melihat kaca mobil dibuka lebar. 
Orang yang berada didalam mobil tersebut mengeluarkan beberapa nasi bungkus.
Dan orang yang bekerja di TPA  secara sigap menghampiri dan menerima nasi bungkus itu dengan wajah gembira.
Tak selesai sampai disitu,
mobil itu juga berhenti dan memberikan nasi bungkus kepada seorang tua berdiri tak jauh dari tempat itu.
Setelah kami menyelip mobil avansa hitam itu, kami tak tau siapa lagi yang akan diberi nasi bungkus..
Yang kami tau adalah mobil avansa hitam berplatkan AB1899BS itu mengangkut orang baik yang jarang kita temui dibulan dan masa seperti ini..


Kemana nilai lingkon saya?????

Apa yang harus dilakukan mahasiswa ketika nilai salah satu matakuliahnya tidak keluar?

Padahal seluruh tugas,presensi,ujian terpenuhi sebagaimana teman-temannya yang nilainya sudah keluar. Beberapa kasus dialami mahasiswa lain yg nilainya tidak keluar, setelah konfirmasi kedosen, entah dengan alasan dosen yang bagaimana, nilainya tetap tidak dikeluarkan. Sehingga mereka harus mengulang di semester berikutnya. Bagaimana sikap kita sebagai mahasiswa yang seharusnya menghadapi ketidakadilan seperti ini? apakah memaklumi dengan dalih "dosen juga manusia,manusia itu tempatnya khilaf dan lupa". Atau dengan protes yang seperti apa? adakah suatu hal yg mampu dijadikan senjata mahasiswa dalam menghadapi dosen yg tidak bertanggung jawab seperti itu?? Semoga dosen saya memiliki rasa tanggungjawab. saya akan menemuinya...esok lusa, mendengarkan dalihdalih beliau seperti apa.

Semoga kata yang saya lontarkan sll dalam kehatihatian dan kesopanan..karena dg masalah seperti ini tak menjadikan saya menurunkan rasa hormat saya kepadanya.
Semoga saya mendapatkan hak saya..
30Januari 2014.

Senin, 20 Januari 2014

Bertemu dengan Pertemuan [Rendezvous]

Kami para aktor Reenacment Sri
 Disitu aku pertama kali dikenalkan tentang "Reenactment" (pementasan ulang). Kami bertiga di suruh mengamati video dan menirukan salah satu tokoh didalamnya sepersis mungkin. Awalnya belum pasti kita bertiga bisa ketrima ikut dalam proses ini, namun waktu aku pergi sebentar entah apa yang mereka rundingkan Akhirnya kami bertiga diterima untuk ikut dalam proses ini. Aku mendapatkan peran sebagai Nyi Nglanggeran. mbBela sebagai nenek. Linda sebagai temannya Sri. Naskah yang kami bawakan adalah naskah berjudul Sri yang pernah dibawakan oleh teater garasi pada tahun1999. Jadi pedoman latihan kami adalah video itu.
Kami tergabung dalam komunitas yang waktu itu baru tiga hari dibentuk oleh sekelompok orang yang haus akan berkarya. Nama komunitas itu adalah RENDEZVOUS. Kata mereka Rendezvous berasal dari bahasa Perancis yang artinya Pertemuan.
Yaa pertemuan. Disana aku bertemu mas Giyant sebagai pengarah latihan bersama mas Baim. Aktor lain yang ikut dalam pementasan itu yaitu mbErni sebagai Sri, Asti sebagai Wening, mas Viqi sebagai Damar, dan mas Fajar sebagai Bondan. Tim lain yang ikut tergabung dalam Rendezvous yaitu ada masDanu, mas Chulis, mas Pay, Dimas, dan masJuri.

Makan bersama sebelum pentas
Nggak nyangka ditonton oleh sebanyak orang ini

Pementasan reenactment Sri #1

Pementasan reenactment Sri #2
Pementasan reenactment Sri #3





Evaluasi pementasan reenacment Sri


Kami semua merasa bangga bisa ikut dalam proses ini. Proses yang begitu berharga dapat disaksikan oleh orang-orang hebat dibidang teater. Pentas di ArkGalery diulang tahun teater besar Jogja..teater Garasi. Disanjung oleh orang-orang hebat itu termasuk oleh teater Garasi juga. Semoga akan ada banyak proses menajubkan lagi setelah ini yang melibatkanku. Terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan, pengalamaan yang dibagikan dan pembelajaran selama proses.
~Tidak akan pernah lupa~

Berpeluk dengan Aspal

Minggu, 19Januari 2014 adalah hari dimana kejadian itu terjadi. Waktu itu aku sedang dalam posisi lelah habis pulang studibanding di Bandung. Kelelahanku tak kurasa sedikitpun karena tertutupi dengan kebahagiaan yang aku rasa. Merasa aku baik-baik saja, aku langsung pulang kerumah habis mandi dan berbenah.
Setelah beberapa kilo kulalui mataku terasa berat. kantuk sekelibat hadir merusuhi perjalanan pulangku. beberapa kali hampir aku kehilangan konsentrasi berkendaraku, namun untung cepat aku tersadar dari kantuk yang sangat menggangu. sempat aku berkata dalam hati untuk sejenak mampir ke warung bakso atau apalah yang bisa mencerahkan keadaanku saat itu.. itung-itung sekalian sarapan.
Konsentrasi yang terbuyarkan sebelum kejadian inti terjadi yaitu hampir saja aku nabrak mobil,namun segera kesadaranku muncul tepat waktu dan aku mampu menguasai laju kendaraanku. Tak jauh dari kejadian itu, entah kantuk keberapa tiba-tiba posisi lajuku mengarah ke kiri aspal, hingga aku keluar aspal. Sedetik saja aku kelewat sadarnya aku tidak tahu kejadian lebih parah apa yang akan menimpaku. Untung aku langsung sadar, walaupun tetap telat. 
Posisiku waktu itu aku melaju mengarah keluar aspal menuju bebatuan. sekilas kesadaranku kembali, aku langsung mengerem motorku dengan sigap. namun, nasip malang tetap memihakku. Aku terjatuh ke arah kanan bersama motorku. jatuhku menimpa aspal yang menyebabkan tangan dan kakiku lecet hingga lebam. keadaan mootku saat itu blakrek-blaakrek dan spion kanan bengkong dan ada bagian yang terlepas. 
beberapa detik aku terbaring diaspal dengan keadaan sadar dan syok. aku tidak langsung bangun karena mengumpulkan tenaga untuk bangun dan memberi jeda agar syokku berkurang. aku masih ingat ada tiga motor yang berhenti mengecek keadaanku waktu itu. ketiganya laki-laki, dua orang aku ingat mukanya dan yang satu entah aku lupa. satu cowok masih muda agak lumayan tampannya dan terlihat sopan bertanya keadaanku. setelah tahu aku baik-baik saja dan sudah ada yang menolong, ia ijin melanjutkan perjalanannya.
Satu orang lagi yang paling baik hatinya waktu itu, ia bernama pak Badawi. Ia rela mencarikan minum aku biar tidak ngantuk. Ia juga menemaniku sampai hilang rasa syokku. Beberapa pertanyaan ia lontarkan kepadaku untuk meredakan rasa tegang akibat jatuhku tadi. Sambil menahan rasa sakit dan perih dikedua tanganku aku mencoba menjawab pertanyaan pak Badawi semampuku. Akhirnya setelah aku rasa agak tenang aku berterimakasih dan mohon pamit kepada pak badawi untuk melanjutkan pulang kerumah dengan keadaan spion kanan yang rusak. 
Dengan hati-hatiku lanjutkan jalan pulangku yang tinggal beberapa menit saja. kejadian di Jumoyo yang tidak begitu jauh dari rumahku itu benar-benar memberi petuah bagiku. agar dalam mengendara harus lebih hati-hati. Tubuh dengan keadaan fit itu sangat diperlukan saat berkendara. semoga bermanfaat juga bagi semuanya. ~aku tahu setiap kejadian itu ada hikmahnya~
#pamer luka lecetku kih bar diperban...


Senin, 13 Januari 2014

UNSUR FEMINISME DALAM NOVELET DORODASIH KARYA IMAN BUDHI SANTOSA



TUGAS KRITIK SASTRA SEMESTER 5-KU........


UNSUR FEMINISME DALAM NOVELET DORODASIH
KARYA IMAN BUDHI SANTOSA
Oleh: Dzikrina Istighfaroh
NIM 11201241069

Bukukita.com


A.    PENGANTAR
Karya sastra merupakan hasil cipta manusia yang perlu kita apresiasi bersama dengan berbagai cara. Salah satu wujud apresiasi karya sastra yaitu dengan cara menganalisis karya tersebut dengan berbagai macam pendekatan yang ada.  Hal pertama yang akan diulas yaitu pengertian karya sastra. Para ahli memiliki cara pandang mereka masing-masing dalam mengartikan sebuah makna dari karya sastra. Pengertian karya sastra dalam buku berjudul Pengantar Ilmu Sastra yaitu teks-teks yang tidak melulu disusun atau dipakai untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis dan yang hanya berlangsung untuk sementara waktu saja (Luxemburg, Mieke,Willem G. W., 1989:9).
Jakob dan Saini (1997: 3) berpendapat bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa . Pengertian lain juga terdapat dalam buku Pengantar Kajian Sastra, yaitu segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis (Wiyatmi, 2008: 17).
Pendekatan dalam karya sastra itu sangat penting karena apabila dalam menganalisis suatu karya sastra kita tidak terfokuskan ke dalam salah satu pendekatan maka hasilnya akan kurang maksimal. Dalam menganalisis novelet berjudul Dorodasih karya Iman Budhi Santosa ini saya analisis menggunakan pendekatan feminisme. Kental sekali unsur feminisme di dalam cerita Dorodasih ini. Sebelum membahas mengenai cerpen yang akan dianalisis ada baiknya kita ketahui dulu pengertian dari pendekatan feminisme. Pendekatan feminisme yaitu salah satu kajian karya sastra yang mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam memandang eksistensi perempuan, baik  sebagai penulis maupun dalam karya sastra- kartya sastranya (Wiyatmi, 2008: 113).
Iman Budhi Santosa dalam mencipta karya sastra berjudul Dorodasih ini begitu memperhatikan tingkah seorang perempuan pada masanya. Dibuktikan dengan menampilkan beberapa karakter tokoh perempuan dalam cerpen tersebut. Novelet ini juga pernah dibahasdan diteliti sebelumnya mengenai citra tokoh perempuan oleh Nita Tri Prastiyoningtias.
 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkah laku tokoh perempuan pada kumpulan novelet Dorodasih karya Imam Budhi Santosa. Serta mendeskripsikan stimulus yang mempengaruhi terbentuknya tingkah laku tokoh perempuan pada kumpulan novelet Dorodasih karya Imam Budhi Santosa (Prastiyoningtias, 2008) Hal ini yang menjadikan alasan saya dalam menganalisis novelet berjudul Dorodasih ini menggunakan pendekatan feminisme.

B.     PEMBAHASAN
Novelet berjudul Dorordasih karya Iman Budhi Santosa ini sarat akan unsur keperempuannannya. Dilihat dari judulnya saja sudah terlihat bahwa karya sastra tersebut menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Dorodasih. Entah itu membahas mengenai kehidupannya yang seperti apa, namun pasti banyak hal yang dapat di analisis menggunakan pendekatan feminisme. Berikut ini adalah data yang dapat mengacu kepada bukti-bukti fokus berdasar pendekatan feminisme:
No
Tokoh
Kategori
Kutipan
1.
Dorodasih dan para pemetik
Deskripsi pengarang
Saksi utama ketegaran mereka menapaki kerasnya kehidupan dibumi leluhur sendiri.
Semenjak dahulu kala, mati hidupnya perkebunan the memang bukan ditangan laki-laki, melainkan pada jemari dan punggung perempuan perkasa ini (Santosa, 2002: 3).
2.
Dorodasih
Deskripsi pengarang
Yang menyolok dan membuatnya berbeda dari gadis-gadis sebayanya, mungkin dandanannya. Dimanapun berada, Dasih selalu kelihatan rapi (Santosa, 2002: 5)
3.
Dorodasih
Deskripsi pengarang
Dasih benar-benar mewarisi sebagian sifat dirinya. Keras hati, mudah tersinggung, namun pemaaf.
Mengenai kesukaannya terhadap segala sesuatu yang bersih dan rapi itu, Temo menduga, turunan dari emaknya (Santosa, 2002: 6-7)
4.
Dorodasih
Deskripsi pengarang
Dari hari ke hari, nama Dasih, pribadi, dan keberadaannya semakin lebur. Menyatu dengan Parmi, Wage, Muisah, Sulipah, Kemi, Jani, Wagiyem, serta puluhan pemetik lainnya. Baik yang tamat SD, yang hanya sampai kelas dua, atau yang dapatnya tulis baca lantaran kejar paket A (Santosa, 2002: 7
5.
Dorodasih
Deskripsi pengarang
Dasih yang sekarang adalah dasih yang rela menangis atau tertawa dalam duka gembira yang menyertai kehidupan sunyi perempuan perbukitan Kembangsari (Santosa, 2002: 8)
6.
Ruwanti
Dialog antar tokoh
“Dan ini, kalau saya juri, Ruwanti nggak bakalan menang masak petik bertahun-tahun kena terik matahari mudah pingsan?” (santosa, 2002:9)
7
Dorodasih
Deskripsi pengarang
Dasih tidak menjawab. Mengangguk pun tidak. Karena wajahny terasa ditampar. Panas seperti tersiram bara. Dengan mulut terkatup rapat, ia bangkit. Kemudian bergegas meninggalkan implasemen tanpa berpaling lagi (Santosa, 2002: 10)
8.
Dorordasih
Deskripsi pengarang
Kali ini perasaannya benar-benar terguncang. Harga dirinya seperti tertantang. Selamanya belum pernah orang mengharubiru caranya berpakaian. Apalagi sampai mengatur , harus begini begitu. Baginya pakaian bukanlah penutup tubuh belaka. Buka pula hiasan. Melainkan cermin kepribadian (Santosa, 2002:10-11)
9.
Dorodasih
Dialog tokoh
Nada bicaranya berat dan dalam. Wajahnya serius. Menandakan apa yang disampaikan bukanlah omong kosong belaka… Bukan isapan jempol yang cukup  didengarkan dengan satu telinga . “Anak itu keras hatinya . tapi orangnya baik. Luhur budinya. Aku yakin. Misalnya ia salah, ia tentu punya alasan kuat terhadap perbuatannya..wujud kesehariannya memang tukang petik . tapi dihatinya tersimpan ribuan mutiara.” (Santosa, 2002: 13)
10
Dorodasih
Deskripsi pengarang
Dasih diam saja. Wajahnya tak berubah. Dingin tanpa ekspresi. Kendati batinnya berkutat habis-habisan menahan perasaannya yang mulai bergejolak. (Santosa, 2002: 15)
11.
Dorodasih
Dialog tokoh
Mendengar jawaban Temo yang terus terang menyebut pemetik itu kuli , Dasih tertawa. “ Itulah yang menjadi cita-cita saya, Pak. Bagaimana membuat pemetik-pemetim itu bukan lagi kuli. Paling tidak supaya mereka lebh diperhatikan. Dihargai sebagai manusia. Caranya, kalau kebun belum membuka diri, kitalah pemetik-pemetik ini yang harus menghargai pekerjaan kita terlebih dahulu. Mana mungkin orang lain menghargai kita sebelum yang bersangkutan menghargainya?” (Santosa, 2002: 26)





Data diatas merupakan bukti bahwa banyak sekali unsur feminisme yang menonjol dalam novelet tersebut. Karya sastra tersebut menceritakan tentang kehidupan Dorodasih sebagai pemetik teh.
Saksi utama ketegaran mereka menapaki kerasnya kehidupan dibumi leluhur sendiri.
Semenjak dahulu kala, mati hidupnya perkebunan teh memang bukan ditangan laki-laki, melainkan pada jemari dan punggung perempuan perkasa ini (Santosa, 2002: 3).
Sebagai seorang perempuan sudah bukan jamannya hanya berada didalam rumah. Eksistensi perempuan telah diakui di kaum laki-laki. Mereka bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan kemauan masing-masing.
Yang menyolok dan membuatnya berbeda dari gadis-gadis sebayanya, mungkin dandanannya. Dimanapun berada, Dasih selalu kelihatan rapi (Santosa, 2002: 5)

Dorodasih walaupun dia seorang pemetik the yang tangguh namun dia tetap memperlihatkan sisi kewanitaannya yaitu selalu berpakaian rapi saat bekerja. Walaupun teman-teman kerjanya sering mengolok-olok gaya pakaiannya dia tetap konsisten untuk selalu berpakaian kebaya rapi.
Dalam novelet tersebut dijelaskan karakter dari tokoh Dorodasih melalui deskripsi pengarang dan juga dialog antar tokoh. Karakter dorodasih yaitu dia bersifat keras hati seperti ayahnya. Ia juga mudah tersinggung namun pemaaf. Sifat yang diturunkan dari ibunya yaitu Dorodasih suka dengan segala hal yang bersih dan rapi. Berikut ini kutipan dalam novelet yang menjelaskan hal tersebut.
Dasih benar-benar mewarisi sebagian sifat dirinya. Keras hati, mudah tersinggung, namun pemaaf.Mengenai kesukaannya terhadap segala sesuatu yang bersih dan rapi itu, Temo menduga, turunan dari emaknya (Santosa, 2002: 6-7)

Selain itu Dorodasih juga pribadi yang cerdas dari pada teman-temannya. Ia juga mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
Dari hari ke hari, nama Dasih, pribadi, dan keberadaannya semakin lebur. Menyatu dengan Parmi, Wage, Muisah, Sulipah, Kemi, Jani, Wagiyem, serta puluhan pemetik lainnya. Baik yang tamat SD, yang hanya sampai kelas dua, atau yang dapatnya tulis baca lantaran kejar paket A (Santosa, 2002: 7)

Sifat Dorodasih sebagai seorang perempuan yang khas lain yaitu ia tidak suka diatur-atur mengenai cara berpakaian. Menurutnya pakaian itu adalah cermin dari kepribadian seseorang. Jadi waktu ada orang yang mengatur pakaian yang dikenakannya ia langsung marah.
Kali ini perasaannya benar-benar terguncang. Harga dirinya seperti tertantang. Selamanya belum pernah orang mengharubiru caranya berpakaian. Apalagi sampai mengatur , harus begini begitu. Baginya pakaian bukanlah penutup tubuh belaka. Buka pula hiasan. Melainkan cermin kepribadian (Santosa, 2002:10-11)

Walaupun Dorodasih memiliki sifat mudah tersinggung, namun ia memiliki hati yang bersih dan tekad yang kuat. Terbukti dalam kutipan antar tokoh berikut ini;

Nada bicaranya berat dan dalam. Wajahnya serius. Menandakan apa yang disampaikan bukanlah omong kosong belaka… Bukan isapan jempol yang cukup  didengarkan dengan satu telinga . “Anak itu keras hatinya . tapi orangnya baik. Luhur budinya. Aku yakin. Misalnya ia salah, ia tentu punya alasan kuat terhadap perbuatannya..wujud kesehariannya memang tukang petik . tapi dihatinya tersimpan ribuan mutiara.” (Santosa, 2002: 13)

Dorodasih memiliki tekad yang kuat. Ia bercita-cita ingin memajukan kehidupan para pemetik teh agar tidak dianggap remeh. Tidak disamakan dengan kuli yang hanya bisa disuruh-suruh. Cita- cita mulianya terdapat dalam dialog Dorodasih dan bapaknya sebagai berikut;
Mendengar jawaban Temo yang terus terang menyebut pemetik itu kuli , Dasih tertawa. “ Itulah yang menjadi cita-cita saya, Pak. Bagaimana membuat pemetik-pemetim itu bukan lagi kuli. Paling tidak supaya mereka lebh diperhatikan. Dihargai sebagai manusia. Caranya, kalau kebun belum membuka diri, kitalah pemetik-pemetik ini yang harus menghargai pekerjaan kita terlebih dahulu. Mana mungkin orang lain menghargai kita sebelum yang bersangkutan menghargainya?” (Santosa, 2002: 26)

C.    KESIMPULAN

Unsur feminisme dalam novelet berjudul Dorodasih karya Iman Budhi Santosa ini begitu kental. Terlihat dari judulnya yang menggunakan nama pemeran tokoh utama dalam novelet tersebut. Dorodasih adalah seorang pemetik daun the yang memiliki cita-cita mulia ingin mengangkat martabat perempuan para pemetik the agar tidak disamakan seperti kuli. Ia berharap pemetik teh dapat dihargai pekerjaannya. Perempuan juga dapat dihargai kerja kerasnya sama seperti pekerja laki-laki.

D.    DAFTAR PUSTAKA

Luxemburg, J.V., Mieke B., dan Willem G.W..1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Prastiyoningtias, Nita Tri. 2008. Citra Tokoh Perempuan pada Kumpulsn Novelet “Dorodasih” Karya Iman Budhi Santosa. Diakses dari http://eprints.umm.ac.id/10125/ pada hari minggu 12 Januari 2014.
Santosa, Iman Budhi. 2002. Dorodasih. Yogyakarta: LkiS.
Sumardjo, Jakob & Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. 2008. Pengantar Kajian sastra. Yogyakarta: Pustaka.